Di ujung Pulau Onrust nampak satu-satunya makam bercungkup. Jelas ditulis "MAKAM KERAMAT" bahkan dalam bahasa Inggris "Sacred Garave" - konon di sinilah disemayamkan tokoh DI/TI penggagas Negara Islam Indonesia - Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo.
Saya masuk ke dalam makam - ternyata ada dua makam di sana. Di sebelah kiri nampak makam dengan nisan berbalut lawon putih. Di sebelah kanan nisan tanpa balutan hanya sebongkah karang menandai tempat tersebut adalah bagian kepala.
Nampaknya lawon (kain) masih sangat bersih, bahkan sebaran kembang segar menjelaskan bahwa tempat ini sering didatangi orang. Menurut pemandu kami, makam ini masih sering diziarahi orang. Makam kedua dengan penanda batu karang adalah sang ajudan. Boleh dibilang makam ini tergolong paling terpelihara ketimbang makam Belanda atau korban Zeven Provincien. Nampaknya kata "keramat" memang bertuah agar sebagian kita menghormati dan memelihara peninggalan leluhur.
Enam puluh tahun lalu, saat Republik masih sangat muda banyak nian gangguan datang. Harap diingat, ketika 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) dengan membentuk Tentara Islam Indonesia yang berintikan laskar Hizbullah dan Sabilillah. Seperti halnya kasus De Zeven Provincien - semula pertentangan ini ditawarkan dengan penyelesaian damai namun menemui jalan buntu.
Tentara Siliwangi kemudian ditugaskan untuk memadamkan pemberontakan tersebut. Pertikaian selama 13 tahun ini baru bisa diselesaikan setelah SKM menyerah pada 4 Juni 1962.
Lalu selesaikah kisah impian NII itu? Ternyata tidak sepele.
Juni 1997 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyidangkan kasus Ronny Dwi Argaputera dan Junaedi Prakoso. Mereka dituduh terlibat dalam gerakan yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) -- gagasan yang diwariskan oleh Sekarmaji Kartosuwiryo dahulu.
Bulan Maret 1996, sebanyak 63 warga Banjarnegara dituduh terlibat dalam gerakan NII dan harus dibina oleh aparat keamanan setempat.
Pada bulan November 1995, media massa ramai memberitakan sebuah gerakan yang mirip NII dengan nama Sukma Sejati yang berbasis di Banjarnegara pula. Menurut laporan Kodam Jaya, hingga akhir Desember 1995, aparat militer telah menangkap serta memeriksa 428 anggota jamaah NII. Di pelbagai kampus, ajaran NII itu juga memikat sebagian mahasiswa.
Dari Pulau renta bernama Onrust sebetulnya kita banyak belajar sejarah. Apalagi dengan situasi keamanan belakangan ini.
SEJARAH YANG BENAR BUKAN DIKUBURKAN DI PULAU ONRUST TAPI DI PULAU UBI :D
BalasHapus"Permintaan ketiga Kartosoewirjo adalah meminta supaya jenazahnya kelak dikembalikan kepada keluarga untuk dimakamkan di pemakaman keluarga. "Permintaan itupun ditolak Mahadper," ujar Sarjono.
Ketua Mahkamah Darurat Perang saat itu hanya mengabulkan permintaan keempat Kartosoewirjo yakni bertemu dengan keluarga sebelum ditembak mati di Pulau Ubi di kawasan Pulau Seribu."
SUMBER : http://www.tribunnews.com/2012/09/05/4-permintaan-terakhir-kartosoewirjo-hanya-1-yang-dikabulkan